Bangkaterkini.id, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat gebrakan besar dalam kebijakan perdagangannya. Kali ini, sasaran tarif dagang barunya adalah negara-negara Asia seperti Indonesia, Thailand, Kamboja, dan Bangladesh. Melalui surat resmi yang dikirimkan langsung kepada para pemimpin negara tersebut, Trump mengumumkan bahwa mulai 1 Agustus 2025, AS akan mulai memberlakukan tarif tinggi atas berbagai produk ekspor dari negara-negara tersebut ke pasar Amerika.
Gambar Istimewa : aa.com.tr
Tarif Tinggi untuk Empat Negara Asia
Dalam surat tersebut, Trump merinci kebijakan barunya secara langsung. Indonesia akan dikenakan tarif sebesar 32 persen, sementara Kamboja dan Thailand masing-masing akan dikenai tarif 36 persen. Adapun Bangladesh harus bersiap menghadapi tarif baru sebesar 35 persen.
Trump juga dengan tegas memperingatkan bahwa negara-negara tersebut tidak diperkenankan melakukan tindakan balasan terhadap tarif ini. Bila ada upaya pembalasan berupa tarif tandingan terhadap produk-produk asal AS, maka Washington akan merespons dengan kenaikan tarif tambahan di luar yang sudah diumumkan.
“Setiap upaya untuk menghindari atau mengalihkan barang akan dianggap sebagai pelanggaran dan dikenakan tarif yang lebih tinggi,” tulis Trump dalam suratnya.
Serbia dan Bosnia Juga Masuk Daftar Tarif
Bukan hanya negara-negara Asia, Serbia dan Bosnia pun turut terkena kebijakan serupa. Trump mengirim surat kepada Presiden Serbia Aleksandar Vučić, mengumumkan bahwa AS akan menerapkan tarif 35 persen untuk seluruh produk dari Serbia yang masuk ke AS. Kebijakan ini akan berjalan terpisah dari semua tarif sektoral yang telah berlaku sebelumnya.
Sementara itu, kepada Zeljka Cvijanović, ketua Kepresidenan Bosnia, Trump menyampaikan bahwa semua barang dari Bosnia akan dikenakan tarif 30 persen.
Trump menegaskan bahwa barang yang dikirim ulang dari negara ketiga untuk menghindari tarif akan tetap dikenai tarif lebih tinggi, menandakan upaya serius pemerintahan AS dalam menutup celah penghindaran pajak impor.
Reaksi Global Menanti
Keputusan Trump ini diprediksi akan memicu ketegangan dagang baru, terutama dengan negara-negara berkembang yang selama ini menjadikan pasar AS sebagai mitra dagang utama. Para analis menilai langkah Trump sebagai bagian dari strategi proteksionis menjelang pemilu berikutnya, demi menarik dukungan dari pelaku industri domestik di AS.
Namun demikian, kebijakan ini dapat memberikan dampak besar terhadap ekspor Indonesia, khususnya di sektor tekstil, produk manufaktur, dan elektronik ringan yang selama ini menjadi andalan untuk pasar Amerika.
Sejumlah pihak dalam negeri pun telah menyuarakan keprihatinannya. Para pelaku industri menyebut kebijakan ini bisa menurunkan daya saing produk Indonesia dan memukul rantai pasok ekspor nasional.
Ancaman Tambahan Bila Ada Retaliasi
Yang membuat situasi makin pelik, Trump juga menyisipkan ancaman keras bagi negara-negara yang mencoba membalas dengan menaikkan tarif terhadap produk AS. Ia menegaskan bahwa bila terjadi pembalasan, AS akan langsung menaikkan tarifnya dengan jumlah yang sama, menciptakan potensi perang dagang yang lebih luas.
Kebijakan ini menjadi sinyal bahwa pemerintahan Trump masih mengandalkan pendekatan keras dan unilateral dalam negosiasi dagang internasional. Tidak hanya dengan kekuatan besar seperti Tiongkok dan Uni Eropa, tetapi juga terhadap negara-negara berkembang yang sebelumnya dianggap sebagai mitra dagang strategis.
Langkah Presiden Trump memberlakukan tarif tinggi terhadap Indonesia, Thailand, Kamboja, Bangladesh, Serbia, dan Bosnia menandai babak baru dalam kebijakan dagang Amerika Serikat yang semakin agresif dan proteksionis. Bagi Indonesia, ini merupakan tantangan besar yang harus segera direspons dengan kebijakan diplomatik dan strategi perdagangan baru agar tidak terlalu terdampak. Tanpa manuver yang tepat, potensi kerugian ekspor bisa sangat besar dan merugikan sektor industri nasional. Yang jelas, dunia kini tengah menunggu bagaimana langkah balasan dari negara-negara terdampak akan memengaruhi lanskap ekonomi global ke depan.