Dipuji Lalu Dilupakan? Ironi Pekerja Migran Singapura

Bangkaterkini.id, Kisah heroik pekerja migran di Singapura kembali mencuatkan ironi kehidupan mereka. Aksi sigap mereka menyelamatkan seorang wanita yang mobilnya terperosok ke dalam lubang di

Redaksi

Dipuji Lalu Dilupakan? Ironi Pekerja Migran Singapura

Bangkaterkini.id, Kisah heroik pekerja migran di Singapura kembali mencuatkan ironi kehidupan mereka. Aksi sigap mereka menyelamatkan seorang wanita yang mobilnya terperosok ke dalam lubang di jalanan ramai menuai pujian. Namun, di balik sanjungan itu, tersembunyi realita pahit tentang hak-hak pekerja migran yang seringkali terabaikan.

Singapura, negara dengan perekonomian maju, tak bisa dipungkiri dibangun di atas keringat para pekerja migran. Mereka mengisi sektor-sektor yang kurang diminati warga lokal, seperti konstruksi, galangan kapal, dan pabrik. Ironisnya, upah yang mereka terima seringkali jauh dari kata layak, bahkan ada yang hanya menerima sekitar Rp3,8 juta per bulan.

 Dipuji Lalu Dilupakan? Ironi Pekerja Migran Singapura
Gambar Istimewa : akcdn.detik.net.id

Kondisi tempat tinggal mereka pun tak jarang memprihatinkan, tinggal di mes-mes padat dan terpencil. Tak hanya itu, mereka juga rentan menjadi korban penipuan agen perekrutan dan majikan, mulai dari pemaksaan kerja hingga kondisi hidup yang buruk.

"Hari ini, kalian memuji mereka. Besok, kalian akan kembali lagi mencap mereka sebagai penipu, pembohong, dan kotor," ungkap seorang pekerja sosial, menyuarakan kekecewaan atas perlakuan yang kerap diterima para pekerja migran.

Tragedi jalanan yang menimpa seorang wanita itu seolah membuka mata publik. Banyak yang mempertanyakan mengapa para pekerja migran ini, yang seringkali diangkut dengan truk bak terbuka yang tidak aman, justru menjadi penyelamat bagi warga Singapura.

Aturan hukum di Singapura sebenarnya melarang orang bepergian di atas bak truk, kecuali dalam keadaan darurat medis. Namun, aturan ini seolah tak berlaku bagi para pekerja migran. Mereka berdesakan di bak belakang truk tanpa sabuk pengaman, sebuah pilihan ekonomis bagi perusahaan yang juga menggunakan truk untuk mengangkut barang.

Kondisi ini telah menyebabkan banyak kecelakaan, bahkan merenggut nyawa para pekerja migran. Para aktivis telah lama menyuarakan agar pemerintah melarang cara transportasi seperti ini, namun belum ada perubahan yang berarti.

Pemerintah berdalih bahwa larangan total akan berdampak pada bisnis kecil dan menyebabkan penundaan proyek-proyek penting. Para aktivis mengkritik pemerintah yang seolah menganggap hak-hak pekerja hanya sebatas urusan ekonomi.

Ironisnya, meski telah mengabdi puluhan tahun di Singapura, para pekerja migran ini tidak memiliki cara untuk menetap di sana. Jenis izin kerja yang mereka miliki berbeda dengan izin kerja profesional dan eksekutif asing, sehingga mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan izin tinggal permanen.

Pemerintah memberikan koin penghargaan kepada para pekerja yang menyelamatkan korban jalan amblas. Namun, banyak yang mengkritik langkah tersebut sebagai tokenisme, gestur simbolis tanpa tindakan nyata.

"Ucapan terima kasih atas kepahlawanan mereka tidak seharusnya membenarkan model ekonomi eksploitatif yang menindas mereka setiap hari demi menopang kehidupan kita di Singapura," tegas seorang aktivis.

Kisah para pekerja migran di Singapura adalah potret buram tentang ketidakadilan dan eksploitasi. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang seringkali dipuji sesaat, lalu dilupakan begitu saja. Perlu adanya perubahan nyata untuk memastikan hak-hak mereka terlindungi dan dihargai.

Ikuti Kami :

Tags

Related Post

Ads - Before Footer