Bangkaterkini.id, Era "tarif adalah kata terindah" ala Donald Trump kembali mengguncang perdagangan global. Setelah pengumuman mengejutkan tentang tarif dasar 10% untuk semua barang impor ke Amerika Serikat, serta "tarif timbal balik" bagi negara-negara yang dianggap melakukan praktik dagang tidak adil, tenggat waktu kesepakatan pun tiba. Bangkaterkini.id melaporkan, sejumlah negara bergegas mencapai kesepakatan untuk menghindari dampak buruk, namun banyak pula yang masih terancam tarif tinggi, termasuk sekutu dekat AS.
Menjelang tenggat 1 Agustus, beberapa negara berhasil mengamankan diri dari kebijakan tarif tinggi Trump. Uni Eropa (UE), misalnya, menyetujui tarif dasar 15% untuk produk Eropa yang masuk ke AS, termasuk sektor otomotif. Sebagai imbalan, UE berkomitmen membeli energi Amerika senilai ratusan miliar dolar dan berinvestasi besar-besaran di AS. Inggris juga menjadi negara pertama yang mencapai kesepakatan dagang dengan AS, meski masih bernegosiasi untuk pengecualian tarif baja dan aluminium.

Di Asia, Jepang sepakat dengan tarif 15% untuk ekspor ke AS, termasuk otomotif, dengan investasi besar sebagai bagian dari kesepakatan. Korea Selatan berhasil menurunkan ancaman tarif menjadi 15% dan berjanji berinvestasi serta membeli produk energi AS. Filipina dan Vietnam juga berhasil menegosiasikan tarif yang lebih rendah, meski dengan beberapa ketentuan khusus. Indonesia sendiri akan dikenakan tarif 19%, namun hampir semua produk Amerika akan masuk ke pasar Indonesia tanpa tarif. Pakistan juga mengklaim telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif dan mendapatkan dukungan pengembangan cadangan minyak nasional.
Namun, tidak semua negara bernasib baik. Cina, ekonomi terbesar kedua di dunia, menghadapi kasus khusus dengan perang tarif yang berkepanjangan. Brasil terancam tarif tinggi karena alasan politik, sementara India menghadapi sanksi dagang karena surplus dagang dan hubungan dengan Rusia. Kanada dan Meksiko, mitra dagang utama AS di kawasan Amerika Utara, juga tidak lepas dari tekanan, dengan ancaman tarif yang dapat mengguncang perjanjian dagang USMCA.
Dengan tenggat waktu yang telah berlalu, dampak kebijakan tarif Trump akan terus terasa di seluruh dunia. Negara-negara yang berhasil mencapai kesepakatan mungkin dapat bernapas lega, namun bagi yang belum, tantangan baru menanti di tengah ketidakpastian perdagangan global.