Bangkaterkini.id, WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara resmi menandatangani Rancangan Undang-Undang (RUU) yang selama ini digadang-gadang sebagai kebijakan andalannya, “One Big Beautiful Bill”, menjadi undang-undang pada Jumat, 4 Juli 2025 waktu setempat. Momen bersejarah ini digelar di halaman Gedung Putih sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan AS, lengkap dengan atraksi pesawat tempur B-2 yang melintas di langit ibu kota.
Gambar Istimewa : inilah.com
Penandatanganan ini dilakukan hanya sehari setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS meloloskan RUU tersebut dengan selisih suara tipis, yakni 218 berbanding 214. Kemenangan ini menjadi tonggak penting bagi Trump yang menargetkan UU tersebut disahkan tepat sebelum perayaan 4 Juli, demi mengukuhkan posisinya menjelang pemilu.
Dalam pidato singkat sebelum upacara penandatanganan, Trump menyampaikan apresiasi kepada Pemimpin Mayoritas Senat John Thune dan Ketua DPR Mike Johnson, yang disebutnya sebagai “tim yang tak terkalahkan”. Mereka dinilai berperan besar dalam mengoordinasikan proses legislatif yang penuh tantangan ini.
Isi UU: Pemotongan Pajak dan Fokus Militer
UU One Big Beautiful Bill menjadi representasi nyata dari agenda politik Trump, dengan fokus pada pemotongan pajak, peningkatan anggaran militer, dan penguatan keamanan perbatasan. Namun, sejumlah elemen dalam UU ini memicu kontroversi di kalangan anggota parlemen dan publik.
Di antaranya adalah pemangkasan besar-besaran terhadap anggaran layanan kesehatan serta program bantuan pangan bagi kelompok miskin. Di sisi lain, alokasi dana untuk sektor pertahanan dan infrastruktur keamanan diperluas, sejalan dengan prioritas kampanye Trump yang menekankan ketahanan nasional.
Dampak finansial dari kebijakan ini diperkirakan akan signifikan. Menurut sejumlah analis, UU ini berpotensi menambah utang nasional AS sebesar 3,3 triliun dolar AS, jumlah yang dinilai mengkhawatirkan oleh ekonom dan sebagian anggota legislatif.
Dukungan Minim dari Partai Oposisi
Proses pengesahan UU ini diwarnai perpecahan tajam di tubuh parlemen. Seluruh anggota Partai Demokrat menyatakan penolakan terhadap RUU tersebut, dengan alasan bahwa kebijakan tersebut terlalu menguntungkan kelompok kaya dan abai terhadap kelompok rentan.
Dua anggota Partai Republik, Thomas Massie (Kentucky) dan Brian Fitzpatrick (Pennsylvania), juga bergabung dengan Demokrat dalam memberikan suara penolakan. Kedua legislator tersebut mengungkapkan kekhawatiran soal dampak fiskal jangka panjang dan penghapusan subsidi sosial penting.
Namun, bagi Gedung Putih dan para pendukungnya, ini adalah kemenangan besar. Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebut pengesahan ini sebagai “rangkuman sempurna dari seluruh janji kampanye Presiden Trump”. Ia menyebut 4 Juli sebagai “hari kemenangan rakyat Amerika”, mencitrakan RUU ini sebagai wujud dari mandat rakyat.
Legislasi Paling Ambisius di Era Trump
Pihak eksekutif menyebut RUU ini sebagai kemenangan legislatif terbesar yang pernah diraih Presiden Trump selama masa jabatannya. Dalam pernyataan resmi yang dirilis Kamis sore, Gedung Putih menyatakan, “berulang kali, Presiden Trump dan Partai Republik berjuang dan menang untuk rakyat Amerika.”
Banyak pengamat menilai bahwa keberhasilan ini akan digunakan sebagai senjata kampanye utama Trump untuk pemilihan presiden berikutnya. UU ini dianggap sebagai bukti nyata bahwa dirinya mampu mewujudkan janji-janji politiknya, meski menuai resistensi tajam dari pihak oposisi.
Penandatanganan UU One Big Beautiful Bill menjadi momen penting dalam lanskap politik Amerika Serikat, menandai keberhasilan Trump dalam merealisasikan agenda konservatifnya. Meski menuai banyak kritik, terutama dari kalangan oposisi dan pemerhati keuangan negara, keberhasilan ini mempertegas pengaruh Trump dalam tubuh legislatif. UU ini bukan hanya simbol kemenangan politik, tetapi juga gambaran nyata dari arah kebijakan yang ingin ia tempuh ke depan. Dengan langkah ini, Trump tampaknya ingin menegaskan: era kepemimpinannya belum selesai, dan visinya masih akan membentuk masa depan Amerika.